Nous Consulting Indonesia

Berita dan Kegiatan

Mendengarkan itu Kegiatan Pasif atau Aktif ya?

Mendengarkan itu Kegiatan Pasif atau Aktif ya?

Ketika menjalani aktivitas sehari-hari tentunya kita selalu dihadapkan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita. Di dalam interaksi ini pasti ada komunikasi dua arah yang terjadi antara kita dengan lawan bicara. Proses interaksi tersebut dapat berjalan dengan baik jika kedua individu dapat memahami dan mengerti satu sama lain. Salah satu cara agar bisa memahami lawan bicara dengan baik adalah dengan mendengarkan. Saat memikirkan tentang aktivitas mendengar, kebanyakan orang berpikir bahwa mendengarkan merupakan kegiatan yang pasif, padahal sebenarnya tidak begitu. Seseorang mungkin bisa bersikap mendengarkan tetapi belum tentu dia mendengarkan secara aktif. Maka dari itu, kita bisa belajar untuk mendengarkan dengan aktif melalui kemampuan yang disebut Active Listening.

Mengutip Cuncic (2022) dari laman Very Well Mind, active listening merupakan suatu kemampuan dalam berkomunikasi yang bertindak lebih dari sekedar mendengar apa yang disampaikan lawan bicara, tetapi ada usaha yang dilakukan untuk mengerti maksud dan makna dibalik perkataan yang disampaikan. Jika disederhanakan, ketika seseorang sedang berbicara, kita tidak hanya secara pasif menerima apa yang dikatakan melainkan juga ikut aktif dalam merespon serta berusaha menemukan makna yang lawan bicara sampaikan. Sekarang kamu mungkin berpikir, bagaimana ya agar aku bisa mulai belajar mendengarkan dengan aktif? Kalau begitu mari kita bahas komponen teknik yang ada dalam active listening.

Teknik-teknik dasar active listening dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu attending skills (kemampuan untuk hadir), reflection of content (merefleksikan isi pembicaraan), reflection of feeling (merefleksikan perasaan pembicara), dan asking questions (menanyakan pertanyaan). Mari kita bahas teknik-teknik di atas satu per satu melalui kutipan dari laman Online Counseling Program (2020):

1. Attending Skills
Attending atau hadir adalah kemampuan untuk bisa ada secara fisik dan sangat memberikan fokus kita kepada lawan bicara. Ada banyak sekali bentuk dari kehadiran ini, seperti kontak mata, bahasa tubuh yang rileks tetapi tetap terbuka dan fokus (misalnya sedikit mencondongkan diri), memberi anggukan saat mendengarkan, memberikan reaksi yang sesuai dengan pembicaraan lawan bicara, dan bahkan memperhatikan gerak tubuh lawan bicara (non-verbal cues). Memperhatikan gerak tubuh dari lawan bicara bisa membantu kita untuk lebih mengerti apa yang dibicarakan dengan lebih dalam. Melakukan attending skills ini dapat menunjukkan kepada lawan bicara bahwa kita bersedia untuk mendengarkan.

2. Reflection of Content
Reflection of content berarti kita bisa merefleksikan topik pembicaraan dan menunjukkan seberapa paham kita terhadap apa yang dibicarakan. Cara untuk merefleksikan konten adalah dengan mengulang kembali perkataan lawan bicara atau merangkum pembicaraan yang dilakukan. Merefleksikan konten bisa menunjukkan kepada pembicara bahwa kita memperhatikan dan mengerti apa yang disampaikan. Tetapi selain itu, merefleksikan konten juga membantu kita untuk menyamakan persepsi. Misalnya ketika kita merangkum cerita dari lawan bicara dan ternyata kurang sesuai menurut dia, kita bisa mengevaluasi pemahaman terhadap cerita tersebut agar semakin dimengerti.

3. Reflection of Feeling
Reflection of feeling berarti kita bisa merefleksikan perasaan yang ditunjukkan ataupun yang mungkin dia rasakan saat bercerita. Kita bisa berusaha untuk mendapatkan perasaan lawan bicara melalui kosakata perasaan yang dikatakan saat bercerita atau bahkan dari gerak tubuh yang dilihat Tentunya hal yang paling utama dalam berusaha untuk mengerti perasaan seseorang adalah empati, jadi teknik ini sangat membutuhkan empati. Dengan merefleksikan perasaan lawan bicara, dia akan mendengar perasaan apa yang dia rasakan melalui kata-kata, lebih bisa mengerti perasaannya sendiri dan merasa dimengerti oleh orang lain.

4. Asking Questions
Asking questions bukan berarti hanya menanyakan pertanyaan seperti biasanya ataupun karena penasaran. Bertanya di konteks ini bertujuan untuk membantu lawan bicara mengeksplorasi lebih dalam cerita yang mereka sampaikan dan juga membantu kita sebagai pendengar untuk belajar lebih banyak mengenai mereka. Pertanyaan yang ditanyakan bukan pertanyaan tertutup yang jawabannya hanya “ya: atau “tidak”, melainkan pertanyaan terbuka yang akan mendorong lawan bicara untuk berpikir lebih jauh dan membantu pendengar untuk mendapatkan informasi yang lebih.

Terlepas dari teknik-teknik tersebut, yang terutama adalah bagaimana kita sebagai pendengar bisa tulus mendengar dan berempati kepada pembicara tanpa adanya penghakiman sama sekali. Tanpa adanya rasa tulus dan empati, teknik-teknik di atas tidak akan bisa dilakukan secara efektif. Maka dari itu, tantangan dari active listening ada dua, yaitu kebiasaan untuk mengubah perspektif pembicara terhadap apa yang dibicarakan (misalnya suatu masalah) menjadi sesuai dengan perspektif pendengar dan yang kedua adalah respon untuk menghakimi pembicara (Rogers dan Farson, 1957). Ketika berusaha untuk mengubah perspektif pembicara merupakan suatu tindakan secara tidak sadar telah memaksakan kebutuhan pendengar kepada lawan bicara, padahal belum tentu hal tersebut yang dibutuhkan. Tanpa berusaha untuk mengubah perspektif lawan bicara, pendengar akan lebih mudah untuk mengerti apa yang diceritakan serta bisa lebih menerima bahwa pandangan setiap orang itu berbeda-beda. Tantangan yang kedua adalah menghindari menghakimi lawan bicara. Tentunya menghakimi akan membuat lawan bicara menjadi tidak nyaman dan kurang bisa mengekspresikan dirinya dengan baik. Biasanya karena menghakimi lebih dulu, kita cenderung ingin memberikan nasihat. Maka dari itu, di dalam active listening sangat dihindari untuk memberikan nasihat.

Meskipun memiliki tantangan yang sulit, active listening sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Martoredjo (2014), mendengarkan secara aktif bisa mengembangkan relasi yang lebih dalam antar sesama, mencairkan serta menghangatkan suasana agar lebih nyaman dan tenang. Bisa dilihat dari manfaat-manfaat ini bahwa menerapkan active listening dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan dampak yang positif bukannya hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang-orang di sekitar kita.
Sahabat Nous, dapat disimpulkan melalui pembahasan di atas bahwa mendengar merupakan kegiatan yang aktif dan bukan pasif. Mendengarkan secara aktif merupakan kemampuan yang perlu dilatih agar bisa dilakukan dengan baik, dan tentunya hasilnya akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Demikian pembahasan kita mengenai active listening, selamat berlatih dan good luck!


Sumber
Counseling skills & techniques. CORP-MAC0 (OCP). (2022, December 22). Retrieved May 3, 2023, from https://onlinecounselingprograms.com/become-a-counselor/resources/counseling-skills-techniques/#:~:text=Attending%3A%20Attending%20is%20the%20ability,your%20client%20that%20you%20care.
Cuncic, A. (2022, November 9). 7 active listening techniques to practice in your daily conversations. Verywell Mind. Retrieved May 3, 2023, from https://www.verywellmind.com/what-is-active-listening-3024343
Martoredjo, N. T. (1970, January 1). Keterampilan Mendengarkan Secara Aktif Dalam Komunikasi interpersonal. Humaniora Binus. Retrieved May 3, 2023, from https://www.neliti.com/publications/167053/keterampilan-mendengarkan-secara-aktif-dalam-komunikasi-interpersonal
Rogers, C. R., & Farson, R. E. (1957). Active listening (p. 84). Chicago, IL: Industrial Relations Center of the University of Chicago.
Nikita Novena Natsir
Di review oleh: Willy Tasdin, M.Psi., Psikolog
Berita dan Kegiatan
Date Idea for Valentine
Berita dan Kegiatan
Date Idea for Valentine!
January 22, 2024
Berita dan Kegiatan
Stereotype tentang konsultasi ke Psikolog
January 02, 2024
Berita dan Kegiatan
Belajar menjadi pemimpin seperti Monkey D. Luffy
December 18, 2023