Nous Consulting Indonesia

Berita dan Kegiatan

Pola Asuh <i>Authoritarian</i> pada Remaja<br>

Pola Asuh Authoritarian pada Remaja

Dalam masa pertumbuhan, remaja biasanya akan dihadapkan dengan respon sosial seperti melakukan pengambilan keputusan. Menurut Almighwar (2006) masa remaja merupakan usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, sehingga anak berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Dengan demikian pendampingan dan pengasuhan keluarga khususnya orang tua masih sangat berperan penting. Namun, anak remaja juga memiliki hak untuk berpendapat atau menolak suatu aturan yang diberikan orang tuanya.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) peran orang tua bagi anak meliputi peran yang dalam memberikan bimbingan, arahan, memberikan dorongan untuk menanamkan rasa percaya diri, menciptakan sikap dan perilaku remaja, mendampingi kesulitan dalam pengambilan keputusan, dan menjadi komunikator yang baik.

Pola pengasuhan orang tua terhadap anak juga berbeda-beda dan setiap anak pun akan menerima gaya komunikasi yang berbeda tergantung dengan gaya dari pola asuh orang tua, salah satu pola asuh orang tua yaitu authoritarian. Baumrind (1991), mengemukakan bahwa orang tua dengan pola asuh authoritarian cenderung lebih kuat berperan sebagai pengawas terhadap anaknya. Mereka cukup sulit untuk menerima pendapat dan memaksa anaknya untuk patuh terhadap aturan yang ditetapkan. Terdapat beberapa unsur yang terlibat dalam pola asuh Authoritarian ini, yaitu:

1. Kontrol
Gaya orang tua dalam menyampaikan pesan dengan batasan-batasan yang berlebihan terhadap anak.
2. Kasih sayang
Gaya orang tua dalam penyampaian pesan yang seringkali tidak selalu mengikuti perasaan anaknya.
3. Komunikasi
Gaya orang tua dalam penyampaian pesan dengan tidak memberikan waktu kepada anaknya untuk berpendapat.
4. Tuntutan Kedewasaan
Gaya orang tua dalam menyampaikan pesan yang menuntut tingkat kemampuan intelektual dan emosional tanpa diberikan kesempatan pada anak untuk kompromi.


Pola pengasuhan authoritarian merupakan pola asuh yang bersifat otoriter, yang menekankan anak diharuskan tunduk dan patuh terhadap orang tua. Dengan demikian pola asuh authoritarian ini cenderung memiliki dampak yang buruk terhadap pertumbuhan remaja, antara lain:

- Rendahnya tingkat kepercayaan diri anak
Pada pola asuh authoritarian ini cenderung membatasi kebebasan anak dan memberikan perintah-perintah yang kaku, sehingga anak tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya sendiri.
- Kemampuan sosial yang buruk
Anak dengan pola asuh authoritarian biasanya akan cenderung lebih menutup diri sehingga menghindari interaksi sosial dan sulit beradaptasi dengan orang lain karena kurangnya kesempatan belajar keterampilan dan bersosialisasi.
- Tingkat stress yang tinggi
Pada pola asuh ini, anak akan merasakan tekanan dan ketegangan yang lebih tinggi karena tumbuh dengan sistem otoriter.


Namun mengapa pola asuh authoritarian tetap menjadi salah satu pilihan bagi para orang tua untuk mendampingi pertumbuhan anak?

Hal tersebut terjadi karena pola asuh authoritarian merupakan didikan dengan melibatkan kontrol dan disiplin yang ketat. Sehingga pola asuh tersebut bisa pula memberikan dampak positif bagi pertumbuhan anak, antara lain :

1. Disiplin yang Baik
Anak yang tumbuh dengan pola asuh authoritarian akan terdidik untuk lebih patuh pada aturan dan jadwal yang telah ditetapkan.
2. Bertanggung Jawab[b]
Anak dengan pola asuh ini akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi akan tindakan dan keputusan yang diambilnya.
[b]3. Sikap Kemandirian

Pola asuh authoritarian biasanya akan membatasi kebebasan anak, sehingga anak akan lebih terbiasa untuk menyelesaikan tugas dan permasalahan secara mandiri tanpa bantuan orang lain.



Sources:
- Badingah, S., 1993, Agresifitas Remaja Kaitannya Dengan Pola Asuh, Tingkah Laku Agresif Orang Tua, Tesis: PPS
- Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescent competence and substance use. The Journal of Early Adolescence, 11 (2), 56-95.
- Al-Mighwar M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia.
- Soenens, B., Vansteenkiste, M., Luyten, P., Duriez, B., & Goossens, L. (2005). Maladaptive perfectionistic self‐representations: The mediational link between psychological control and adjustment. Personality and Social Psychology Bulletin, 31(9), 1369-1381.Pustaka
Euginia Dasya Maurilla
Di review oleh: Wendy Said, M.Psi., Psikolog
Berita dan Kegiatan
Date Idea for Valentine
Berita dan Kegiatan
Date Idea for Valentine!
January 22, 2024
Berita dan Kegiatan
Stereotype tentang konsultasi ke Psikolog
January 02, 2024
Berita dan Kegiatan
Belajar menjadi pemimpin seperti Monkey D. Luffy
December 18, 2023