Nous Consulting Indonesia

Berita dan Kegiatan

Merasa menjadi Imposter di Kehidupan Nyata?

Merasa menjadi Imposter di Kehidupan Nyata?

Imposter? Yang di Among Us itu? Ternyata ada juga loh fenomena di psikologi yang bernama Impostor Syndrome. Impostor Syndrome adalah kepercayaan bahwa kita tidak sepintar dan semampu apa yang orang harapkan dari kita, walaupun bukti dari kesuksesan kita sebenarnya ada. Individu dengan fenomena ini merasa seperti penipu. Fenomena ini pertama kali disebut oleh Psikolog Clance & Imes saat mengobservasi wanita-wanita berprestasi pada tahun 1978. Dengan ambisi yang tinggi dicampur dengan patriarki yang masih kencang, banyak wanita merasa menipu dunia untuk berpikir mereka sukses. Namun, siapa pun bisa saja mengalami Impostor Syndrome.

Sedikit mirip ya dengan konsep imposter di Among Us, kita terkadang merasa sedang bermain peran. Kita pura-pura menjadi seseorang yang sebenarnya bukan jati diri kita. Hal ini terlihat seperti merasa tidak layak menerima keberhasilan diri sendiri atau merasa tidak mampu untuk mengerjakan sebuah pekerjaan. Salah satu saat paling sering dimana Impostor Syndrome ini muncul adalah ketika kita baru memulai suatu pekerjaan baru.

Penyebab dari Impostor Syndrome sedikit kompleks. Tidak ada satu faktor yang pasti menghasilkan perasaan ini. Salah satu penyebabnya adalah saat seseorang memiliki kepribadian yang cenderung lebih berjuang dengan perfeksionisme, efikasi diri, dan neurotisme. Selain kecendrungan yang genetik, lingkungan juga berpengaruh terhadap munculnya Impostor Syndrome. Berada di lingkungan yang sangat kompetitif atau penuh dengan perbandingan juga dapat mendorong rasa tidak percaya diri dan seperti penipu. Selain itu cara asuh keluarga juga berpengaruh terhadap perasaan ini. Hanya mementingkan prestasi akademik dan sangat merayakannya membuat kita lupa dengan proses belajarnya. Kita juga jadi menaruh harga diri pada penghargaan atau prestasi kita.

Walaupun ini bukan salah satu dari penyakit mental, kecemasan yang dimunculkan oleh rasa “menipu” ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Jika perasaan ini sangat ekstrim, individu tersebut juga dapat merasa depresi. Ada beberapa tanda yang bisa kita lihat jika seseorang memiliki Impostor Syndrome.
• Perfeksionis
• Takut kegagalan
• Kerja terlalu keras
• Tidak bisa menerima kesuksesan
• Membanding-bandingkan diri dengan orang lain
• Meragui diri sendiri
• Mempunyai target yang sangat tinggi
Lalu apa yang harus dilakukan jika kita memiliki Impostor Syndrome? Kita harus bisa menerima kalau perasaan ini sebenarnya normal (30% orang merasakan hal yang sama) dan mengakui perasaan tersebut. Kita juga perlu belajar untuk menerima dan merayakan kesuksesan kita, walaupun itu hal kecil seperti merapihkan ranjang di pagi hari. Terakhir, kita juga perlu belajar untuk lebih baik dan ramah dengan diri sendiri. Mengubah mindset kita bahwa harga diri kita diukur dari pencapaian kita, dan keharusan kita untuk mencapai kesempurnaaan.

Beberapa kebiasaan kita juga bisa kita ubah untuk membantu kita mengatasi Impostor Syndrome. Salah satunya adalah untuk menuliskan target-target kecil setiap harinya. Dengan target-target kecil, kita bisa merasa mencapai lebih banyak hal dan lebih percaya diri. Kita juga dapat berlatih untuk menerima pujian dan kritik dengan lebih baik. Terimalah pujian sebagai tanda kalau kita benar-benar mencapai hal tersebut dan kritik sebagai proses pembelajaran bukan kegagalan.

Semangat sahabat-sahabat Nous! Ingat kalau kalian semua hebat dengan cara kalian masing-msaing!



Sources:
- Clance, P. R., & Imes, S. A. (1978). The imposter phenomenon in high achieving women: Dynamics and therapeutic intervention. Psychotherapy: Theory, Research & Practice, 15(3), 241–247. https://doi.org/10.1037/h0086006
- Eruteya, K. (2022, January 5). You’re not an imposter. you’re actually pretty amazing. Harvard Business Review. https://hbr.org/2022/01/youre-not-an-imposter-youre-actually-pretty-amazing?ab=at_art_art_1x4_s02
- Najam, S. (2023, July 11). Impostor Syndrome: You’re not faking it, we promise! Medium. https://medium.com/@sara14110113/impostor-syndrome-youre-not-faking-it-we-promise-40246de6888f
Psikolog UGM Paparkan fakta impostor syndrome. Universitas Gadjah Mada. (2020, October 18). https://ugm.ac.id/id/berita/20226-psikolog-ugm-paparkan-fakta-impostor-syndrom/
- Sussex Publishers. (n.d.). Imposter syndrome. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/basics/imposter-syndrome
- Tulshyan, R., & Burey, J.-A. (2022, August 4). Stop telling women they have imposter syndrome. Harvard Business Review. https://hbr.org/2021/02/stop-telling-women-they-have-imposter-syndrome
Anabella Setiawan
Direview oleh: Wendy Said, M.Psi., Psikolog
Berita dan Kegiatan
Date Idea for Valentine
Berita dan Kegiatan
Date Idea for Valentine!
January 22, 2024
Berita dan Kegiatan
Stereotype tentang konsultasi ke Psikolog
January 02, 2024
Berita dan Kegiatan
Belajar menjadi pemimpin seperti Monkey D. Luffy
December 18, 2023